8 December 2008

How To Be A Good Sales For Yourself!!

Bicara tentang menetapkan nilai jual diri kita, tentu saja hal pertama yang harus ditonjolkan adalah catatan prestasi kita, karena bagaimanapun juga prestasi akan berbicara lebih nyaring dari kata-kata.

Yang kedua, potensi yang kita miliki juga perlu dimunculkan ketika ‘menawarkan diri’ kepada suatu perusahaan.

Faktor ketiga yang tidak kalah penting adalah pengalaman; jika kita adalah seorang ‘pemain baru’, biasanya kita akan dianggap sebagai ‘anak bawang’, tapi jika kita sudah dikenal sebagai seorang ahli yang berpengalaman, otomatis nilai jual kita akan menjadi jauh lebih tinggi.

Hal yang keempat adalah ruang lingkup pengaruh kita; sudah berapa banyak orang atau institusi yang menerima hasil positif dari apa yang kita lakukan.

Kemudian, hal yang terakhir tentu saja performa kita. Bagaimanapun juga penampilan yang bagus akan sangat menunjang dalam dunia sales. Jika kita bertemu dengan sales yang menawarkan suatu produk namun berpenampilan acak-acakan, secara otomatis impresi pertama kita terhadap sales tersebut akan kurang baik.

Jadi, dari kelima hal di atas, saya bisa menyimpulkan bahwa untuk bisa menetapkan nilai jual diri, kita membutuhkan 5 P: Prestasi, Potensi, Pengalaman, Pengaruh, dan Performa.

Latar belakang pendidikan bukanlah sebuah jaminan dalam menentukan ‘nilai jual diri’; sarjana lulusan luar negeri tidak selalu memiliki kualitas yang lebih baik daripada sarjana lulusan universitas dalam negeri. Prestasi yang saya sebutkan di atas tidak hanya dilihat dari latar belakang pendidikan belaka, melainkan apa yang sudah kita hasilkan dari pekerjaan kita di waktu lampau. Seringkali saya mendapati cukup banyak orang yang bertitel bagus namun agak lambat menyesuaikan diri dalam dunia kerja, atau kesulitan untuk mengikuti ritme gerak dari perusahaan yang ada. Sebaliknya, tidak jarang mereka yang sudah cukup lama tidak duduk di bangku sekolah (bahkan hanya lulusan Sekolah Menengah) jauh lebih mudah untuk menyesuaikan diri di dunia kerja karena sudah cukup lama berkecimpung di dalamnya.

Upah dan jabatan akan ditentukan oleh kinerja yang kita tunjukkan saat bekerja. Meskipun di waktu lampau kita memiliki selling point yang bagus, jika kinerja yang kita tunjukkan di perusahaan tempat kita bekerja saat ini ternyata tidak seperti yang kita ‘promosikan’ ketika interview, secara otomatis perusahaan akan memberi teguran atau tekanan yang lebih besar kepada kita.

Karenanya, belajarlah untuk bertindak jujur dalam mempresentasikan selling point tersebut – tidak perlu dibesar-besarkan, dan jangan pula terlalu direndahkan. Pastikan kita terus belajar untuk mengembangkan kapasitas. Bersamaan dengan posisi dan upah yang kita terima, pasti ada tanggung jawab yang diberikan perusahaan kepada kita. Jika kita ‘membual’ tentang selling point yang kita miliki dengan hanya bermodalkan rasa percaya diri, hal itu akan menjadi bumerang bagi kita di kemudian hari.

Dampak selling point terhadap kinerja

Kinerja seseorang akan sangat dipengaruhi oleh potensi yang ia miliki, bukan oleh promosi secara verbal belaka. Saya menyarankan Anda untuk memunculkan selling point yang sesuai dengan apa yang memang Anda miliki. Jangan pernah melebih-lebihkan selling point Anda, karena sekali klien merasa kecewa, mereka akan memberikan rekomendasi yang negatif dan membuat citra profesional Anda menjadi buruk. Karena itu, pastikan Anda memiliki kapasitas yang terus berkembang dan munculkanlah selling point yang sesuai dengan kapasitas tersebut.

Percaya Diri VS Sombong

Orang yang sombong adalah orang yang sedang melebih-lebihkan dirinya dan menceritakan hal-hal yang sebetulnya tidak akurat. Dengan sendirinya, kapasitas yang ia miliki dengan apa yang ia ucapkan pastilah berbeda. Sebagai seorang HRD yang berhadapan dengan calon karyawan yang sedang mempromosikan diri, kita bisa mencoba menilai orang tersebut – apakah ia sedang menceritakan selling point apa adanya dengan percaya diri yang tinggi, atau ia sedang membual.

Aspek pertama yang dapat diperhatikan adalah nada suara – orang yang sedang membual biasanya akan memunculkan nada suara yang agak bergetar, karena takut ketahuan atau khawatir jika apa yang ia sampaikan justru membuka peluang bagi HRD untuk ‘menyerang’ – meskipun ada juga orang-orang yang sudah sangat terlatih untuk membual sehingga suaranya tidak dapat terdeteksi.

Aspek kedua adalah cara duduk, postur atau bahasa tubuhnya – orang yang sedang berbohong atau menutupi sesuatu biasanya akan menjadi gelisah. Kaki yang dirapatkan atau duduk sambil bersedekap biasanya menunjukkan bahwa orang yang bersangkutan sedang berusaha untuk melindungi diri dari sesuatu.

Mimik wajah dan sorot mata juga bisa memberikan tanda-tanda mengenai kejujuran seseorang. Jika orang yang kita wawancarai memberikan indikasi ketidakjujuran, ajukan pertanyaan-pertanyaan pancingan yang akan ‘memaksa’nya untuk menceritakan keadaan yang sebenarnya.

Jika calon karyawan yang akan direkrut memiliki selling point yang cukup baik dan menunjukkan rekomendasi yang bagus dari perusahaan-perusahaan tempat ia bekerja sebelumnya, tapi tidak pernah bekerja di satu tempat dalam waktu lama alias mudah berpindah tempat, sebagai HRD tidak ada salahnya kita mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang bisa ‘membongkar’ alasan yang menyebabkan ia keluar dari tempat kerjanya yang lama.

Jika faktor gaji menjadi penyebab utamanya, maka orang yang bersangkutan kurang prospektif untuk dipekerjakan sebagai karyawan, karena apabila ada perusahaan lain yang memberikan iming-iming gaji yang lebih besar, ia dapat dengan mudah meninggalkan pekerjaan yang menjadi tanggung jawabnya. Hal ini tentu saja akan menggangu kinerja perusahaan dan mengakibatkan ketimpangan-ketimpangan tertentu. Jika ternyata alasannya karena lingkungan kerja yang kurang mendukung, coba korek lebih lanjut apa yang membuat ia berpendapat demikian.

Negosiasi Gaji

Ketika HRD menanyakan berapa besar gaji yang kita harapkan, kita bisa memberikan jawaban yang netral dengan mengajukan kembali kepada HRD, berapa jumlah yang (menurut perusahaan) pantas diberikan atas potensi, prestasi, dan pengalaman yang kita miliki. Jika angka yang disebutkan oleh pihak perusahaan dirasa kurang sesuai, tidak ada salahnya kita mengajukan penambahan. Selama kita belajar untuk menjadi terbuka dan komunikatif, saya percaya tidak akan ada masalah di antara kedua belah pihak.

Memunculkan selling point

Cara pertama untuk memunculkan selling point adalah, miliki rasa percaya diri yang tinggi. Yang kedua, pastikan kita mengenali potensi-potensi yang sudah kita miliki. Yang terakhir, jangan ragu untuk bercerita tentang prestasi dan pengalaman yang sudah kita raih.

Di dalam diri Anda terdapat banyak potensi; kenali potensi-potensi tersebut dan munculkanlah. Dengan terus memunculkan potensi yang Anda miliki, Anda akan dipandang sebagai aset bagi perusahaan. Dengan sendirinya, prestasi Anda akan terus bertambah dan promosi yang Anda harapkan akan datang dengan segera.

SALAM DAHSYAT & GO FREEDOM!!



PROMOSI ONLINE
!

0 comments:

Post a Comment

komentar anda sangat berguna untuk saya Your comment is very useful to me

Sign up for PayPal and start accepting credit card payments instantly.

Promo

Anda Punya Proyek Website, ingin mencari server hosting yang bagus, stabil dan harga terjangkau silakan klik gambar ini